RSS

Feature

Feature adalah tulisan yang mengandung human interest. Bentuknya mirip seperti artikel, yang di dalamnya terdapat fakta dan opini, biasanya di akhir paragraf disisipkan sisi keteladanan tokoh dalam feature tersebut. Feature selalu menekankan segi kemanusiaan yang dapat menarik pembaca untuk mengetahui isi feature lebih dalam dan mempunyai nilai beda.

Adapun beberapa hal yang dapat dikategorikan ke dalam Human Interest.
  • Masalah Percintaan
  • Perjalanan atau perjuangan hidup manusia
  • Kelahiran atau Kematian
  • Penderitaan
  • Ketabahan atau Ketegaran dalam menghadapi cobaan
  • dll
 Dan berikut ini merupakan salah satu contoh dari Feature Biografi. Semoga Bermanfaat. ^_^


Tak Kenal Kata Menyerah Untuk Terus Berjuang
 


Kyai Haji Hasyim Asy’ari adalah  seorang tokoh yang dapat dijadikan contoh dalam dunia islam. Beliau selalu mengenakan sorban layaknya ulama-ulama besar pada umumnya. Matanya yang sipit dan terlihat sayu dapat memberikan sebuah arti mimpi dan perjuangan yang harus diwujudkan. Alisnya yang tidak terlalu tebal dapat memberikan kesan ketegasannya dalam berjuang. Dengan pelengkap jenggot terlihat begitu bersejarah dan selalu diingat oleh berbagai kalangan hingga sekarang.
            Kyai Haji Hasyim Asy’ari adalah tokoh yang berpengaruh dalam pendidikan. Perintis organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama ini mendapatkan gelar Hadlratus Syeikh yang artinya Tuan Guru Besar. Beliau lahir tanggal 14 Februari 1871 di Pondok Gedang Jombang Jawa Timur. Menurut Zamachsan Dhofier seorang peneliti, K.H. Hasyim Asy’ari adalah seorang santri yang luar biasa pintar, bahkan sejak umur 13 tahun  beliau sudah bisa mengajar kepada santri yang lain. Ketika berumur 14 tahun K.H. Hasyim Asy’ari mengawali profesinya sebagai santri di Pondok Pesantren Wonokoyo Probolinggo, Pesantern Langitan Tuban, Pesantren Tringgilis Semarang, dan Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo. Saat berusia 21 tahun beliau menunaikan ibadah haji dan bermukim di Mekkah selama 8 tahun untuk memperdalam ilmunya.
Pada tahun 1900 K.H. Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantern di Tebu Ireng yang pada saat itu terkenal sebagai daerah rawan perbuatan mungkar dan sarangnya penjahat, namun walaupun mendapatkan tantangan yang besar K.H. Hasyim Asy’ari tidak pernah menyerah untuk mewujudkan cita-citanya mendirikan pesantren. Karena ketekunan dan ketulusannya dalam mengajar santri pertamanya yang hanya berjumlah 10 orang tumbuh menjadi santri yang baik dan pandai, bahkan masyarakat yang sebelumnya menentang berdirinya Pesantren di Tebu Ireng mulai berdatangan dan meminta bimbingan K.H. Hasyim Asy’ari untuk mempelajari Agama Islam. Sejak saat itu K.H. Hasyim Asy’ari menjadikan Pesantren Tebu Ireng sebagai pusat pembaharuan bagi pengajaran Islam Tradisional dan pada tahun 1916 Pesantren ini telah memasukkan beberapa pelajaran umum seperti Bahasa Melayu, Matematika, dan Ilmu Bumi. K.H. Hasyim Asy’ari menjadi mahsyur ketika santri-santri angkatan pertamanya berhasil mengembangkan Pesantren di berbagai daerah menjadi pesantren besar dengan ribuan santri.
Pada tanggal 31 Januari 1926 K.H. Hasyim Asy’ari bersama tokoh-tokoh islam tradisional mendirikan organisasi kebangkitan ulama atau Nahdlatul Ulama. Pengaruh K.H. Hasyim Asy’ari yang besar menyebabkan dukungan para Kyai dan pengikut-pengikutnya juga besar. Sejak terbentuk, Nahdlatul Ulama menjadi penghadang penyebaran pikiran-pikiran islam modern ke desa-desa di jawa. Pengaruh K.H. Hasyim Asy’ari yang kuat juga menjamin kelangsungan peranan islam dalam pergerakan kebangsaan. Pada tahun 1944 K.H. Hasyim Asy’ari ditunjuk menjadi kepala Kantor Urusan Agama wilayah Jawa dan Madura. Salahudin Wahid, cucu K.H. Hasyim Asy’ari menuturkan bahwa pada tahun 1945 K.H. Hasyim pernah memberikan fatwa kepada Umat Indonesia bahwa wajib hukumnya untuk mereka membantu perjuangan TNI melawan Belanda, jika meninggal maka mereka akan dianggap mati syahid. Setelah itu perjuangan rakyat Indonesia terlihat semakin kuat dan menyebar. Dalam waktu sekejap pondok-pondok pesantren berubah menjadi markas hisbulah dan sabilillah bersenjatakan bambu runcing turun ke medan perang. Pada awal kemerdekaan K.H. Hasyim Asy’ari yang menjadi pimpinan Majelis Islam ala Indonesia mempunyai peran dalam menentukan keberlangsungannya Republik. Dan saat pemimpin Islam Tradisional dan Modern bersama-sama mendirikan Partai Politik Masyumi pada tahun 1946, K.H. Hasyim Asy’ari terpilih menjadi Rois Akbar. Hasyim Muzhadi Ketua PBNU mengatakan bahwa yang menarik adalah bagaimana beliau membela Negara dengan Agama dan Pendekatan Syari’at, tapi tidak melawan Negara menggunakan Agama.
Kyai Hasyim Asy’ari telah berhasil mendirikan Pesantren Tebu Ireng sebagai Kiblatnya Pesantren. Sejak berdiri Tebu Ireng menjadi pusat pergerakan islam tradisional yang mayoritas berada di pedesaan. Melalui hubungan kekerabatan K.H. Hasyim Asy’ari yang menikah 7 kali dikenal sebagai ahli hadis terkemuka dan berhasil mengembangkan jaringan Pesantren di seluruh Jawa. Setelah berhasil mewujudkan cita-citanya K.H. Hasyim Asy’ari menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 25 Juli 1947. Sepeninggalnya, Pondok Pesantren Tebu Ireng dapat mempertahankan keberadaannya sebagai lembaga pendidikan dan mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan lain. K.H. Hasyim Asy’ari mempunyai obsesi untuk menciptakan kader santri yang dikenal dengan istilah “Hamilul Qur’an lafdzon wa maknan wa ‘amalan”. Beliau juga telah memberikan isi dan roh perjuangan pada gerakan NU. Perlunya ulama-ulama bersatu adalah buah pikirannya yang terus hidup. Dan kini Nahdlatul Ulama menjadi organisasi masyarakat terbesar yang mandiri dan disegani.
K.H. Hasyim Asy’ari adalah Bapak kaum santri dan Nasionalis sejati yang kiprahnya mewarnai bangsa ini. Beliau menjadi simbol perjuangan, ketulusan, dan kesederhanaan sebagai seorang Guru Besar. Teladan yang dapat diambil darinya adalah bagaimana orang memberikan ,makna pada kehidupannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar